Sintesis Penulisan Ilmiah
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2. 1
Kerangka
Teori
2. 1. 1
Pengertian
Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran
adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi,
dan distribusi barang, jasa, dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan
kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi. Keller (2009 :
38)
Menurut Kotler dan
Keller (2009:45) definisi pemasaran dapat dibedakan antara definisi pemasaran
secara manajerial dan secara sosial. Definisi secara manajerial pemasaran
sering digambarkan sebagai seni menjual
produk, sedangkan definisi pemasaran secara sosial adalah suatu proses sosial
yang didalamya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan secara bebas mempertukarkan produk dan
jasa apa yang bernilai dengan pihak lain.
Orang dapat
mengasumsikan akan selalu ada kebutuhan penjualan. Akan tetapi, tujuan
pemasaran bukan untuk memperluas penjualan hingga kemana-mana. Tujuan pemasaran
adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau
jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri.
Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan seseorang pelanggan yang siap untuk
membeli. Semua yang dibutuhkan selanjutnya adalah menyediakan produk atau jasa
itu (Kotler dan Keller, 2007:7)
Dari beberapa definisi
diatas, dapat di simpulkan bahwa melalui proses manajemen pemasaran yaitu pelaksanaan konsepsi, penentuan harga,
promosi, dan distribusi barang, jasa, serta melalui proses sosial individu dan kelompok
menawarkan barang dan jasa secara bebas sehingga mendapatkan barang yang
diiginkan.
2. 1. 2
Proses
Keputusan Pembelian
Pengertian keputusan
pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan dimana konsumen
benar-benar membeli (Kotler, 2001). Pengambilan keputusan merupakan suatu
kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang yang ditawarkan.
Proses keputusan
pembelian merupakan suatu perilaku konsumen untuk menentukan suatu proses
pengembangan keputusan dalam membeli suatu produk. Proses tersebut merupakan
sebuah penyelesaian masalah harga yang terdiri dari lima tahap (Kotler, 1999).
Tahap
Proses Keputusan Pembelian
Kegiatan pembelian yang
tampak hanyalah satu tahap dari keseluruhan proses pembelian konsumen. Proses
pembelian terdiri dari tahap – tahap yang dimulai dengan pengenalan terhadap
keinginan dan kebutuhan serta tidak berhenti setelah pembelian dilakukan.
Kegiatan
pembelian yang dilakukan pembeli atau konsumen, melalui beberapa tahapan. Ada
lima tahap dalam proses pembelian, yaitu:
1. Pengenalan
masalah atau kebutuhan
Proses pembelian dimulai
dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Jika kebutuhan telah diketahui, maka
konsumen akan memahami kebutuhan yang belum perlu untuk segera dipenuhi atau
kebutuhan dapat ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama harus segera
dipenuhi. Jadi pada tahap inilah proses pembelian itu mulai dilakukan.
2. Pencarian
informasi
Seorang konsumen yang telah
mengetahui kebutuhan yang diperlukan, maka dapat atau tidak dapat melakukan
pencarian informasi lebih lanjut. Jika dorongan kebutuhan sangat kuat konsumen
akan mencari informasi, sebaliknya jika tidak kuat maka kebutuhan konsumen itu
hanya akan menjadi ingatan semata. Konsumen mungkin melakukan pencarian lebih
banyak atau dengan segera mencari informasi yang mendasari kebutuhan ini.
3. Penilaian
alternative
Setelah melakukan pencarian
informasi sebanyak mungkin, konsumen dapat mempertimbangkan faktor-faktor,
seperti sifat-sifat produk (kinerjanya), identitas produk (merek), manfaat
produk dan prosedur pemilihan merek.
4. Keputusan
Pembelian
Jika keputusan yang diambil
adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan yang
menyangkut jenis pembelian, waktu pembelian, dan cara pembelian. Pada tahap ini
konsumen benar-benar membeli produk.
5. Perilaku
Setelah Membeli
Setelah membeli suatu produk,
konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau tidak puas yang
dirasakan, ada kemungkinan bahwa pembeli
ketidak puasan setelah melakukan pembelian karena tidak sesuai dengan
keinginan atau gambaran sebelumnya, dan lain sebagainya.
Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian
terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual.
2. 1. 3
Produk
Pada hakekatnya seseorang membeli produk bukan hanya
sekedar ia ingin membeli produk. Para konsumen membeli barang atau jasa karena
barang atau jasa tersebut dipergunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan (Sofjan Assauri, 2002). Atau dengan kata lain seseorang membeli
suatu produk bukan karena fisik produk semata-mata tetapi karena manfaat yang
ditimbulkan dari produk yang dibeli.
Menurut (Kotler & Amstrong, 2001) produk adalah
segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian,
dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen
atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan
kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk
dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh
produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan
dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Menurut (Sofian Assuari, 2002) faktor-faktor yang
terkandung dalam suatu produk adalah mutu, kualitas, penampilan (features),
pilihan yang ada (option), gaya (style), merk (brand names), pengemasan
(packaging), ukuran (size), jenis (product line), macam (product items),
jaminan (quarranties), dan pelayanan (service).
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
produk itu bukan hanya berupa barang tetapi bisa berupa jasa, maka produk dapat
memberikan kepuasan yang berbeda sehingga perusahaan dituntut untuk lebih
berpandang luas terhadap produk yang dihasil.
2. 1. 4
Konsep
Produk
Definisi dari produk
adalah mencerminkan kemampuan produk untuk menjalankan tugasnya yang mencakup
daya tahan, kehandalan atau kemajuan, kekuatan, kemudahan dalam pengemasan dan
reparasi produk dan ciri-ciri lainnya (Kotler dan Amstrong,1997).
Menurut Adam & Ebert (1992;256), menyatakan bahwa
“Quality is the customer’s perpection”. Artinya bahwa pelanggan menilai baik
buruknya kualitas suatu produk itu berdasarkan persepsinya. Suatu produk
dikatakan berkualitas jika memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli. Kualitas
ditentukan oleh pelanggan, dan pengalaman mereka terhadap produk atau jasa.
Adapun tujuan kualitas
produk sebagai berikut Kotler (2002;29):
a. Mengusahakan
agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang telah ditetapkan.
b. Mengusahakan
agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
c. Mengusahakan
agar biaya desain dari produk tertentu menjadi sekecil mungkin.
d. Mengusahakan
agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Menurut Assauri
(2002;48) mutu atau kualitas produk dipengaruhi oleh faktor yang akan
menentukan bahwa mutu barang dapat memenuhi tujuannya, yaitu untuk meningkatkan
volume penjualan. Mutu atau kualitas produk dipengaruhi oleh faktor yang akan
menentukan bahwa mutu barang dapat memenuhi tujuannya yaitu untuk meningkatkan volume
penjualan (Assauri, 2002).
Berdasarkan teori
tersebut, maka dapat disimpulakan bahwa kualitas produk adalah kemampuaan suatu
produk dalam menjalankan fungsinya, yang merupakan suatu produk dalam
menjalankan fungsinya, yang merupakan suatu pengertian gabungan dari daya
tahan, kendala, ketepatan, kemudahan pemeliharaan serta atribut-atribut
lainnya, oleh karena itu degaan sementara dalam penelitian ini adalah :
H1
: produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
2. 1. 5
Pelayanan
Modernitas dengan
kemajuan teknologi akan mengakibatkan persaingan yang sangat ketat untuk
memperoleh dan mempertahankan pelanggan. Kualitas pelayanan menjadi suatu
keharusan yang harus dilakukan perusahaan supaya mampu bertahan dan tetap
mendapat kepercayaan pelanggan. Pola konsumsi dan gaya hidup pelanggan menuntut
perusahaan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas. Keberhasilan perusahaan
dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dapat ditentukan dengan pendekatan service quality yang telah dikembangkan oleh parasuraman, Berry dan
Zenthaml (dalam Lupiyoadi,2006:181).
Mengacu pada pengertian pelayanan tersebut maka konsep pelayanan
adalah suatu daya tanggap dan realitas dari jasa yang diberikan perusahaan.
Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada
persepsi pelanggan (Kotler, 1997) dalam Wisnalmawati (2005:156). Hal ini berarti
bahwa pelayanan yang baik bukanlah berdasarkan persepsi penyediaan jasa,
melainkan berdasarkan persepsi pelanggan.
Pelayanan mengacu pada penilaian-penilaian pelanggan
tentang inti pelayanan, yaitu si pemberi pelayanan itu sendiri atau keseluruhan
organisasi pelayanan, sebagian besar masyarakat sekarang mulai menampakkan
tuntutan terhadap pelayanan prima, mereka bukan lagi sekedar membutuhkan produk
yang bermutu tetapi mereka lebih senang menikmati kenyamanan pelayanan
(Roesanto, 2000) dalam Nanang Tasumar (2006:44). Oleh karena itu dalam
merumuskan strategi dan program pelayanan, organisasi harus berorientasi pada
kepentingan pelanggan dan sangat memperhatikan dimensi kualitasnya (Suratno dan
Purnama,2004:74).
Menurut Zeithaml et al (1990), dari hasil penelitian pada
12 fokus grup di Amerika menghasilkan adanya 10 dimensi kualitas jasa pelayanan
dan selanjutnya disederhanakan menjadi 5 dimensi, yaitu :
1.
Reability (keandalan) adalah kemampuan
untuk melaksanakan pelayanan secara cepat
2.
Responsiveness (ketanggapan) adalah
keinginan untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan
seharga.
3.
Empathy (empati) adalah rasa
memperhatikan dan memelihara pada masing-masing pelanggan
4.
Assurance (kepastian) adalah pengetahuan
dan keramahan karyawan serta kemampuan untuk memberikan kesan dapat dipercaya
dan penuh keyakinan.
5.
Tangible (keberwujudan) adalah
penampilan fasilitas-fasilitas fisik, peralatan, personil, dan
perlengkapan-perlenhkapan komunikasi.
Sejauh mana kesesuaian dimensi-dimensi kualitas jasa pelayanan diatas dengan kondisi
Indonesia khususnya sektor perbankan, merupakan suatu bahan kajian tersendiri
sebagaimana dilakukan dalam penelitian ini.
Terlepas dari kesesuaian dimensi pelayanan dengan kondisi
spesifik, yang jelas adalah bahwa pemenuhan dimensi-dimensi kualitas jasa
pelayanan merupakan suatu keharusan apabila manajemen perusahaan ingin
meningkatkan kepuasan pelanggan (Handayani, 2003). Dari uraian diatas maka
dugaan sementara yang dapat di ambil yaitu :
H2
:pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
2. 1. 6
Harga
Suatu perusahaan atau
organisasi baik yang mengutamakan laba maupun tidak akan selalu berhadapan
dengan penetapan harga produk yang dihasilkan. Dimana sebelumnya lebih dulu
perusahaan merumuskan mengenai penetapan harga yang ingin dicapai.
Harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan
keputusan para pembeli (Tjiptono,2000), yaitu :
1. Peranan
alokasi harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan
cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan
daya beli.
2. Peranan
informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membidik konsumen mengenai
faktor-faktor produk, seperti kualitas.
Selain desain produk, harga merupakan variabel yang dapat
dikendalikan dan menentukan diterima atau tidaknya suatu produk oleh konsumen.
Harga semata-mata tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi tentu saja
dengan mempertimbangkan berbagai hal. Murah atau mahalnya suatu produk sangat
relatif sifatnya. Untuk mengatakannya perlu terlebih dahulu dibandingkan dengan
harga produk serupa yang di produksi atau dijual perusahaan lain
(Anoraga,2000:220).
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah
uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga
adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk sejumlah manfaat dengan
memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang diperhatikan
konsumen saat melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasi
harga dengan nilai.
Harga yang ditetapkan pada dasarnya disesuaikan dengan
apa yang menjadi pengharapan produsen. Harga juga biasanya mencerminkan
kualitas jasa dari produk yang menyertainya, mencerminkan prestise, dan
sebagainya. Sebagai indikator variabel berupa harga yang dikenakan dapat
menjangkau semua kalangan atau generasi sehingga dugaan sementara yang ditarik
yaitu :
H3
: harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
Komentar
Posting Komentar