Pencemaran Lingkungan dan Etika Bisnis
NAMA : ANNISA RAFIDA
NPM :11213152
KELAS : 4EA11
I.
PENDAHULUAN
Bisnis
yang etis adalah bisnis yang dapat memberi manfaat maksimal pada lingkungan,
bukan sebaliknya, menggerogoti keserasian lingkungan. Kerusakan lingkungan pada
dasarnya berasal dari dua sumber yaitu polusi dan penyusutan sumber daya. Dalam
kasus PT Lapindo Brantas misalnya, bencana memaksa penduduk harus ke rumah
sakit, bahkan sudah menelan korban jiwa dengan meledaknya pipa gas Pertamina
akibat pergerakan tanah. Perusahaan pun terkesan lebih mengutamakan
penyelamatan aset-asetnya daripada mengatasi soal lingkungan dan sosial yang
ditimbulkan, walaupun korban jiwa sudah terjadi. Atau kasus pembukaan lahan
gambut dan rawa untuk pembangunan Pantai Indah Kapuk yang mengakibatkan banjir
bagi wilayah Jakarta. Ataupun krisis air yang berkepanjangan yang menimpa
hampir seluruh wilayah di Indonesia. Juga mencemaskan adalah penyedotan air
tanah melebihi kemampuan alam untuk mengisinya kembali sehingga volume air
dalam tanah kian berkurang.
Di
Indonesia saja, luas areal hutan sudah amat menciut. Dikhawatir-kan beberapa
tahun ke depan lagi hutan di Pulau Sumatera akan gundul, dan sepuluh tahun lagi
nasib sama berlaku untuk Pulau Kalimantan. Kondisi sungai-sungai terutama di
Pulau Jawa sudah sangat tercemar. Lautan di Indonesia bagian baratsudah
terkuras ikannya melebihi kemampuan perkembangbiakannya, sehingga jumlah stok
ikan di laut menciut.
Kerusakan
lingkungan Indonesia berdampak global. Tahun 2006 kebakaran hutan Indonesia dan
pembakaran tanah menjadi masalah yang tidak terselesaikan, sehingga kebakaran
hutan ini seakan tak terkendali lagi, dan berlaku setiap tahun hingga kini.
Semakin menciutnya hutan, tentu tidak bisa menghasilkan bahan bagi industri
kayu. Ikan yang terkuras habis tentu akan membangkrutkan perusahaan perikanan.
Demikian juga dengan kondisi sungai yang tercemar mematikan tanaman beririgasi.
Pantai laut yang tercemar mematikan industri pariwisata. Singkatnya, lingkungan
yang rusak akan menyebabkan mandegnya pembangunan ekonomi.
Kurangnya
kesadaran masyarakat dalam menata kelestarian lingkungan dituduh sebagai
penyebab terjadinya krisis yang berkepanjangan. Krisis lingkungan yang terjadi
akhir-akhir ini berakar dari kesalahan perilaku manusia yang berasal dari cara
pandang dan perilaku manusia terhadap alam. Masalah lingkungan semakin terasa
jauh terpinggirkan, bahkan sering hanya merupakan embel-embel atau tempelan
belaka dalam program-program pembangunan, kesadaran masyarakat terhadap masalah
lingkungan menurun. Padahal, berbagai bencana akibat pengelolaan lingkungan
yang tidak benar telah berulang kali terjadi dan merupakan bagian dari
kehidupan sehari hari masyarakat. Menciptakan kesadaran masyarakat yang
berwawasan lingkungan merupakan fondasi untuk menjaga agar lingkungan terhindar
dari berbagai macam pengrusakan dan pencemaran. Karena pada dasarnya kerusakan
lingkungan tersebut dikarenakan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri.
II.
TEORI
Terdapat 3
(tiga) pandangan teori mengenai etika lingkungan, sebagaimana diuraikan sebagai
berikut:
1.
Teori
Antroposentrisme
Teori ini memandang manusia sebagai
pusat dari system alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam
kaitannya dengan alam, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Segala sesuatu yang lain di alam semesta
ini hanya akan mendapat perhatian dan nilai sejauh menunjang kepentingan
manusia. Bagi teori ini etika hanya berlaku bagi manusia, segala tuntutan
terhadap kewajiban dan tanggungjawab moral manusia terhadap lingkungan hidup
dianggap sesuatu yang berlebihan, kalaupun ada itu semata-mata demi memenuhi
kepentingan sesama manusia.
Teori semacam ini dinilai bersifat
instrumentalistik (karena menganggap pola hubungan manusia dan alam dilihat
hanya dalam relasi instrumental, kalaupun peduli demi memenuhi kebutuhan
manusia) dan egoistis (karena hanya mengutamakan kepentingan manusia).
2.
Teori
Biosentrisme
Teori ini menganggap alam mempunyai
nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan manusia. Ciri etika ini
adalah biocentric, karena menganggap setiap kehidupan dan makhluk hidup
mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Alam perlu diperlakukan
secara moral terlepas dari apakah ia berguna atau tidak bagi manusia. Sehingga
etika tidak lagi dipahami secara terbatas pada komunitas manusia, namun berlaku
juga bagi seluruh komunitas biotis, termasuk komunitas makhluk hidup lain.
3.
Teori
Ekosentrisme
Etika ini memusatkan pada seluruh
komunitas ekologis baik yang hidup maupun tidak, karena secara ekologis makhluk
hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Salah satu
versi yang terkenal dari teori ini adalah Deep Ecology.
Teori ini memusatkan perhatian pada
kepada semua spesies, termasuk spesies bukan manusia, dan menekankan
perhatiannya pada jangka panjang, dan tak kalah pentingnya merupakan gerakan
diantara orang-orang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung
suatu gaya hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu lingkungan dan politik.
III.
ANALISIS
Contoh Kasus: Peternakan
Ayam
Usaha
peternakan ayam negeri atau broiler mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan karena tingginya permintaan masyarakat akan daging. Usaha
peternakan ayam ini juga memberikan keuntungan yang tinggi dan bisa menjadi
sumber pendapatan bagi peternak ayam broiler tersebut. Akan tetapi, peternak
dalam menjalankan usahanya masih mengabaikan prinsip-prinsip etika bisnis.
Akhir-akhir
ini usaha peternakan ayam dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan.
banyaknya peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dirasakan mulai
mengganggu oleh warga terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat dengan
pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan
usaha peternakan ayam karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan
limbah dari usahanya. Limbah peternakan yang berupa feses (kotoran ayam), dan
sisa pakan serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran
lingkungan masyarakat di sekitar lokasi peternakan tersebut. Selain itu
timbulnya banyak lalat yang dikarenakan kurang bersih dan dirawatnya kandang,
masyarakat takut lalat tersebut nantinya membawa penyakit. Dan satu lagi dari
peternakan ayam negeri masyarakat mengkhawatirkan virus flu burung Avian
Infuenza (H5N1)yang pada saat tahun 2008 lagi sedang gempar-gemparnya. Oleh
karena itu, peternak ayam negeri atau broiler harus memiliki etika bisnis yang
baik bukan hanya mencari keuntungan semata namun juga harus menciptakan
lingkungan yang sehat di sekitar peternakan. Dengan cara pengelolaan limbah
yang baik misalkan dijadikan pupuk untuk tanaman atau untuk pakan ikan lele,
menjaga kebersihan lingkungan dengan melakukan penyemprotan kandang disinfetan
secara berkala agar tidak timbul banyak lalat & penyakit.
Dari contoh
kasus diatas, maka dapat ditarik kesimpulan, jika saja peternakan tersebut
menerapkan etika bisnis dengan baik, maka akan mendatangkan manfaat dari
penerapan etika bisnis:
1.
Perusahaan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen.
2.
Perusahaan
yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen akan
merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
3.
Citra
perusahaan di mata konsumen baik.
4.
Dengan
citra yang baik maka perusahaan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan
produknya pun dapat mengalami peningkatan penjualan.
5.
Meningkatkan
motivasi pekerja.
6.
Karyawan
akan bekerja dengan giat apabila perusahaan tersebut memiliki citra yang baik
dimata perusahaan.
7.
Keuntungan
perusahaan dapat di peroleh.
Etika adalah
berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri
untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan
bukanlah perusahaan yang beretika.
IV.
REFERENSI
Ernawan, Erni.
2011. Business Ethics. Penerbit: Alfabeta. Bandung
Komentar
Posting Komentar